Jumat, 18 November 2022

Jagat Maya Di Bikin Heboh,Iriana Jokowi Di Hina Tampang Pembantu,Reaksi Geram Rudi S Kamri Kepada Kharisma Jati Asal Bantul

Jagat Maya Di Bikin Heboh,Iriana Jokowi Di Hina Tampang Pembantu,Reaksi Geram Rudi S Kamri Kepada Kharisma Jati Asal Bantul Warta Ekonomi, Jakarta - Komentator politik Rudi S Kamri angkat bicara terkait aksi penghinaan yang dilontarkan oleh komikus asal Bantul, Yogyakarta Kharisma Jati yang menyindir ibu negara Iriana Jokowi tampang pembantu. Penghinaan yang menyeret dua putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dan Gibran Rakabuming Raka itu menjadi viral, sebab foto Iriana yang tengah bersama Ibu Negara Korea Selatan itu malah jadi bahan olok-olokan Kharisma Jati. "Ini sangat melecehkan kehormatan seorang perempuan bukan hanya perempuan tapi seorang ibu dan ibu negara sekaligus kalau dilihat foto ibu Iriana Joko Widodo dengan ibu negara Korea Selatan apa yang salah dari Bu Iriana," kata Rudi S Kamri. Ia tak habis pikir, Kharisma bisa tega menghina seorang ibu yang tak ada salah malah jadi sasaran kebenciannya. "Seolah-olah menganggap Ibu Iriana ini adalah pembantunya ibu negara Korea Selatan ini bener-bener melukai perasaan semua anak bangsa jadi tidak heran kalau putra-putra dari ibu Iriana Joko Widodo memberikan respon mulai Kaesang Gibran karena wajar. Jangankan anak kandung, saya saja sebagai anak bangsa terluka," tegasnya. Rudi mengaku tak terima jika Ibu Negara dihinakan oleh Kharisma Jati. "Kharisma Jati ini memang sudah kurang ajar sudah pada level yang tidak bisa ditolerir kebebasan berekspresi," Ia juga turut mengomentari surat terbuka yang disampaikan oleh Kharisma, bukannya merendah tapi malah terkesan menantang para pendukung Iriana. "Jangan disalahgunakan seenak udelmu aja Karisma! Ini anak muda yang belagunya luar biasa dia sudah mengajukan surat terbuka mohon maaf kepada Pak Jokowi dan ibu Iriana dan keluarganya tapi yang lucu dalam permohonan maaf itu dia masih juga sok hebat melawan pendukung Ibu Iriana, seolah-olah para netizen atau warganet yang menyerang Kharisma Jati ini seolah-olah buzzer semua. Ia balik bertanya jika ibunya Kharisma yang dihina apa dia akan terima?. "Jika ibunya dia yang dinistakan orang, ibumu yang mengandung 9 bulan dan memelihara dirimu, dihina orang, apa yang kamu lakukan?," tambahnya. Ia pun mendesak agar aparat turun memberikan efek jera terhadap Kharisma karena sudah berani-beraninya melecehkan ibu negara. "Permohonan maaf Kharisma Jati ini tidak cukup harusnya diproses hukum supaya ada efek jera. Mengkritisi boleh tapi kalau sudah mengarah ke body shaming dan sudah melecehkan kehormatan seorang perempuan kebetulan perempuan ini adalah ibu negara jadi harus diproses," tambahnya. "Saya membayangkan kalau dia hidup di zaman Orde Baru dan melakukan hal yang seperti sekarang ini, itu lewat!," tegasnya.

Senin, 14 November 2022

NasDem Malah Dapat Musibah, Nekat Usung Anies Baswedan, Surya Paloh Kini Galau Berat: Tak Dapat Berkah

NasDem Malah Dapat Musibah, Nekat Usung Anies Baswedan, Surya Paloh Kini Galau Berat: Tak Dapat Berkah Warta Ekonomi, Jakarta - Umum NasDem Surya Paloh disebut sedang mengalami kegalauan besar. Menurut pengamat politik Ari Junaedi, hal itu terlihat dari pidato Paloh dalam HUT NasDem, Jumat (11/11). "Surya Paloh menjadi kian gelisah seusai beberapa lembaga survei mengeluarkan hasil survei terbarunya pascapencapresan Anies. Justru dengan pencapresan Anies, NasDem tidak mendapat berkah, tetapi musibah," kata dia dalam keterangan yang diterima, Sabtu (12/11). Menurut dia, NasDem malah tidak mendapat durian runtuh efek ekor jas setelah mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres 2024.. "Diperkirakan suara NasDem akan melorot, bahkan terancam tidak lolos parlementary threshold," jelas dia. Tak sampai di situ, kata Ari, hubungan NasDem dengan rekan sekoalisi, seperti PDI Perjuangan dan lainnya, menjadi renggang karena partai yang dipimpin Paloh itu berani mencalonkan Anies tanpa mengikuti selera Jokowi. "Anies yang lekat dengan stigma politik identitas seperti yang terjadi di Pilgub DKI lalu dianggap antitesis Jokowi. Bahkan, pandangan ini ikut disampaikan oleh kader NasDem yang telah dipecat, Zulfan Lindan," kata dia. Di sisi lain, Ari juga menilai puncak kegamangan Surya Paloh tidak terlepas dari desakan partai-partai koalisi pemerintah agar NasDem menarik menteri-menterinya dari kabinet. "Ketidakhadiran Presiden Jokowi di HUT NasDem, sekali pun hanya ucapan ulang tahun, sudah lebih dari cukup memang NasDem menjadi pesakitan dari kondisi pascapencapresan Anies," jelas dia. Ari juga menggarisbawahi dua garis besar pernyataan Paloh. Pertama soal tidak ada jaminan Anies bisa melaju terus. Kemudian, pernyataan Surya Paloh yang akan mundur dari kursi Ketua Umum NasDem jika NasDem berkurang kursinya di DPR apalagi sampai tidak lolos ke parlemen. "Menjadi sinyal kefrustasian level tinggi dari Surya Paloh. Bisa jadi pula ini langkah skak mak NasDem agar Demokrat dan PKS mau diatur dan jangan terlalu memaksakan AHY dan Aher sebagai pendamping Anies," kata dia. Editor: Puri Mei Setyaningrum

Fahri Hamzah: Kayak Dua Orang Botak Jambak-jambakan! Pendukungnya Susah Akur padahal Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan Belum Pasti Nyapres

Fahri Hamzah: Kayak Dua Orang Botak Jambak-jambakan! Pendukungnya Susah Akur padahal Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan Belum Pasti Nyapres Warta Ekonomi, Jakarta - Meski jadi Kandidat potensial, baik Anies Baswedan maupun Ganjar Pranowo sampai saat ini belum bisa dikatakan aman posisinya mengingat syarat-syarat pencapresan yang harus dipenuhi Anies saat ini meski gencar konsolidasi dengan PKS dan demokrat, baru NasDem yang mengumumkan deklarasi. Pun dengan Ganjar yang belum menerima restu dari partainya yakni PDIP bahkan terkesan mulai “disingkirkan”. Meski belum tentu bisa nyapres, kedua pendukung sudah terlanjur memanaskan suasana dengan berbagai macam bentuk, bahkan tak jarang pendukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo ribut khususnya di sosial media. “Pendukung Ganjar dan Anies nggak bisa akur. Nggak bisa ketemu, bangun jembatan, rubuh, bangun jembatan, rubuh," ujar Founder Cyrus Network Hasan Nasbi dalam diskusi yang disiarakan Kanal Youtube Total Politik, dikutip Jumat (11/11/22). Hal itu Nasbi sampaikan karena mengingat sampai sekarang Ganjar dan Anies belum punya jaminan bakal bisa berkontestasi di Pilpres 2024. Nasbi juga menggambarkan ributnya pendukung Anies dan Ganjar layaknya timnas indonesia dan malaysia yang meributkan siapa jaura piala dunia di qatar. "Di sini belum tentu jadi capres, berantem seolah-olah dua-duanya udah jadi capres," kata Nasbi. Fahri Hamzah yang satu forum dalam disuksi itu pun spontan menyebut istilah lain untuk menggambarkan keributan tersebut. Fahri menyebut keributan antara pendukung Ganjar dan Anies layaknya dua orang botak yang jambak-menjambak. “Namanya dua orang botak saling jambak,” ujar Fahri. Penulis: Bayu Muhardianto Editor: Bayu Muhardianto

Nggak Ada yang Baik Tentang NasDem! Curhatan Surya Paloh karena 'Dibentur-benturkan' dengan Jokowi di Sosmed Gegara Usung Anies Baswedan

Nggak Ada yang Baik Tentang NasDem! Curhatan Surya Paloh karena 'Dibentur-benturkan' dengan Jokowi di Sosmed Gegara Usung Anies Baswedan Warta Ekonomi, Jakarta - Keberanian NasDem mengusung Anies Baswedan jadi perhatian publik. Mengenai hal ini, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menerangkan tak ada kabar baik yang tersebar di media sosial tentang partainya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Baca aja media sosial semuanya. Apa yang baik terhadap NasDem? Enggak ada. Itu fakta yang ada di lapangan," ucap Surya Paloh di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (11/11). Menurut Paloh, tak ada satu berita pun yang membahas hubungan baik antara NasDem dan Presiden Jokowi. "Satu berita pun tidak ada dan yang ada hanya framing telah terjadi telah terjadi benturan Presiden Jokowi kepada NasDem," ungkapnya. Paloh menilai kabar tersebut belum tentu ada benarnya. Dia menganggap hal yang sebenarnya terjadi bukan seperti itu. "Mudah-mudahan saja saya pikir persepsi itu (kabar yang ada, red) hanya bersifat temporer," ujarnya. Dia menganggap hal yang sebenarnya terjadi bukan seperti itu. "Mudah-mudahan saja saya pikir persepsi itu (kabar yang ada, red) hanya bersifat temporer," ujarnya. Paloh berharap ada perputaran momentum situasi yang akan menjawab semua kabar yang ada di masyarakat selama ini tentang NasDem dan Presiden Jokowi. Di sisi lain, Paloh juga merespons soal sanjungan Presiden Jokowi terhadap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu lalu. Dia menilai pernyataan itu merupakan diplomasi tingkat tinggi dan motivasi dari Presiden Jokowi. "Bagus, kan, membesarkan hati, positive thinking-nya. Apa yang salah? Kali ini memberikan motivasi kepada prabowo, bisa saja besok bukan prabowo, melainkan Airlangga. Mungkin Erick atau Ganjar," tuturnya. Paloh juga mengatakan akan menunggu motivasi dari Jokowi untuk Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Seperti diketahui, Anies Baswedan telah menjadi calon presiden dari Partai NasDem untuk Pilpres 2024.

Refly Harun Sebut PDIP Lebih Aman Dukung Anies Baswedan Dibanding Ganjar Pranowo

Refly Harun Sebut PDIP Lebih Aman Dukung Anies Baswedan Dibanding Ganjar Pranowo Warta Ekonomi, Jakarta - Ahli hukum tata negara dan pengamat politik Indonesia Refly Harun mengatakan PDIP nampaknya akan lebih aman jika memutuskan mendukung Anies Baswedan ditambah dengan menyandingkan Puan Maharani sebagai wakil Anies di pilpres 2024. Hal ini bukannya tanpa dasar, Refly mengatakan selain menjagokan putrinya, mungkin ketua umum Megawati Soekarnoputri memiliki penilaian lain sehingga tidak menjagokan Ganjar Pranowo. “Nah, kalau seandainya Ganjar terpilih sebagai presiden maka Jokowi akan menjadi ‘godfather’-nya Ganjar, anything can happen ya, termasuk melakukan take over terhadap PDIP,” kata Refly. Tapi menurutnya kalau kalau Puan bersatu dengan Anies dan memenangkan pertarungan Pilpres 2024, maka Ganjar tidak akan menjadi kekuatan yang mengancam bahkan barangkali selesai, tamat. “Harus kita lihat juga misalnya, kenapa Megawati tidak mendeklarasikan Ganjar secepatnya padahal elektabilitas dia tinggi?” jelas Refly. “Bisa jadi karena dia mempersepsi Ganjar sepertinya orang yang akan jauh lebih taat kepada Jokowi atau punya agenda sendiri ketimbang nanti dia besok-besok taat kepada Puan Maharani,” tambahnya. Sebelumnya, analisis mengenai Puan yang bisa menjadi wakil Anies ini pertama kali dikemukakan oleh dokter Tifa. Menurut Refly pun analisis ini tidak sepenuhnya salah, karena jika dianalisis lebih dalam keduanya memang memiliki kekuatan yang besar. “Coba kita lihat ini kalau misalnya Demokrat dan PKS tidak bisa (bergabung) dengan Nasdem, apakah kemudian kita beralih kepada alternatif lain?,” ungkap Refly melalui youtube channelnya, Senin (14/11/22). “Nah alternatif lain ini adalah ya kan dengan merayu Puan Maharani sebagai wakil presidennya Anies Baswedan. Menurut dokter Tifa ya, Puan Maharani adalah satu-satunya jalan bagi Anies Baswedan untuk memenangkan kontestasi capres-cawapres,” tambanya. Namun Refly menyadari, tentu tidak mudah ya untuk menyatukan Anies dan Puan walaupun mereka sempat menunjukkan kemesraan sebentar ya ketika Puan hadir di formula E karena ada satu sosok di PDIP yang akan menentang keras. “Puan coba membuka komunikasi dengan Anies Baswedan mengatakan bahwa komunikasi mereka baik-baik saja tapi penghalang utamanya adalah Hasto Christianto, sang Sekjen yang selalu melakukan serangan-serangan, baik kepada Anis dan sekarang kepada kubu Nasdem,” jelas dia. Sepertinya Hasto, kata Refly termasuk yang paling garis keras tidak mau Puan bersatu dengan Anies misalnya, dari awal-awal dia sudah mengatakan tidak ingin apa bekerjasama dengan Demokrat dan PKS. Refly mengatakan, ini adalah salah satu hal yang perlu dipertimbangkan karena Puan berasal dari arus kiri, sedangkan Anies dari arus kanan. “Kalau arus kanan dan arus kiri itu menyatu untuk mengusung seseorang Anies dan Puan maka arus ini dahsyat sekali bagi Indonesia,” jelasnya. Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Pengamat Ngeri,Potensi Gagalnya Pencapresan Anies Sudah Berada di Ambang Kehancuran.

Pengamat Ngeri,Potensi Gagalnya Pencapresan Anies Sudah Berada di Ambang Kehancuran. Warta Ekonomi, Jakarta - Buntut batalnya deklarasi Koalisi Perubahan yang diisi NasDem, PKS, dan Demokrat pada 10 November 2022, pengamat politik Ari Junaedi memprediksi koalisi ketiga partai demi mengusung Anies Baswedan sebagai capres 2024 itu berada di ambang kehancuran. "Pascamolornya deklarasi pasangan capres-cawapres dari Koalisi Perubahan yang digagas NasDem, yang semula pada 10 November menjadi akhir Desember 2022, saya tengarai karena masih alotnya pembahasan siapa yang akan menjadi pengantin Anies Baswedan," kata dia belum lama ini. Menurut dia, ego partai apabila tetap bersikeras mendukung kader masing-masing bisa membuat koalisi ini terpecah. Diketahui, Demokrat menyodorkan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sedangkan PKS mendorong Ahmad Heryawan alias Aher. "Potensi gagalnya pencapresan Anies sudah di depan mata," kata dia. Di samping itu, Ari juga menilai pernyataan-pernyataan Ketua Umum NasDem Surya Paloh akhir-akhir ini pun sebagai bentuk kegamangan. Ari melihat sejumlah faktor. Salah satunya langkah NasDem mencapreskan Anies justru menimbulkan ketidakharmonisan hubungan partai politik tersebut dengan Presiden Jokowi. Mulai dari gesture yang ditunjukkan Jokowi yang tidak mau membalas pelukan Surya Paloh di HUT Golkar serta statement Jokowi yang meminta partai-partai untuk tidak sembrono mencalonkan capres. "Walau tidak ditujukan langsung ke NasDem, sudah bisa dipastikan tudingan itu mengarah kepada NasDem mengingat belum ada satu partai pun mencalonkan presiden kecuali NasDem, PSI, dan Gerindra," tandas dia. Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bukan Menguntungkan,PKS Diminta Evaluasi Ulang,Aher Dinilai Hanya akan Jadi ‘Beban’ Jika Jadi Pasangan Anies Baswedan.

Bukan Menguntungkan,PKS Diminta Evaluasi Ulang,Aher Dinilai Hanya akan Jadi ‘Beban’ Jika Jadi Pasangan Anies Baswedan. Warta Ekonomi, Jakarta - Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, mengatakan Ahmad Heryawan (Aher) dikhawatirkan hanya akan menjadi beban buat Anies Baswedan bukan justru menguntungkan. Maka dari itu, ia menyarankan agar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengevaluasi kembali kelayakan Aher untuk menjadi calon wakil presiden Anies. "PKS selayaknya mengevaluasi kembali kelayakan Aher untuk menjadi cawapres Anies. Sebab, Aher nantinya bukan membantu Anies memenangkan pilpres, tapi justru hanya akan menjadi beban," kata Jamil kepada wartawan, Senin (14/11/2022). Jamil menyampaikan hal tersebut lantaran melihat kunjungan Aher ke Malang Raya, Jawa Timur. Menurutnya, kunjungan tersebut untuk meningkatkan elektabilitas. Apalagi, kata dia, Aher merasa perlu meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya karena memang rendah sekali. Hal itu ditunjukkan dari hasil survei berbagai lembaga survei yang kredibel. "Rendahnya elektabilitas Aher sebenarnya tidak hanya di Jawa Timur. Di Jawa Barat saja, di mana ia pernah menjabat gubernur, elektabilitasnya masih rendah. Elektabilitasnya masih kalah jauh dengan Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat saat ini," ungkapnya. "Jadi, elektabilitas Aher memang masih rendah di seluruh tanah air. Karena itu, kalau ia ingin meningkatkan elektabilitasnya tentunya tidak hanya di Malang Raya. Aher perlu melakukan safari politik minimal di Pulau Jawa dan Sumatera yang Daftar Pemilih Tetap (DPT) nya sangat besar." Kendati begitu, menurutnya, untuk meningkatkan elektabilitas bukan perkara mudah. Sebab, ia menilai, masa keemasan Aher di politik saat ini sudah mengarah tren menurun. Untuk itu, ia mengatakan, kalau pun Aher intens melakukan safari politik ke berbagai daerah, elektabilitasnya diperkirakan tidak akan naik signifikan. Elektabilitasnya bisa naik 5 persen saja kiranya sudah luar biasa. "Jadi, PKS mengajukan Aher untuk cawapres Anies terkesan memang dipaksakan. Aher tidak akan membantu Anies menambah pundi-pundi suara yang signifikan untuk memenangkan kontestasi pilpres 2024," pungkasnya.